Breaking News

Apakah Kesepian Melemahkan Sistem Kekebalan Tubuh?

Manusia merupakan makhluk sosial yang rindu berinteraksi dengan orang lain dan merasakan rasa memiliki dalam hubungan sosialnya. Kesepian, yang muncul ketika seseorang tidak merasakan keintiman yang biasanya diasosiasikan dengan interaksi tersebut, dapat menyebabkan berbagai dampak buruk pada kesehatan fisik seseorang, khususnya sistem kekebalan tubuhnya.

Isolasi sosial vs. kesepian

Isolasi sosial muncul ketika seseorang memiliki sedikit hubungan sosial dan/atau sedikit melakukan kontak sosial dengan orang lain. Individu lanjut usia mempunyai peningkatan risiko isolasi sosial karena kemungkinan lebih besar terjadinya gangguan mobilitas, kematian pasangan, dan berkurangnya sumber daya ekonomi pada populasi pasien ini.

Sebaliknya, kesepian menggambarkan persepsi individu terhadap isolasi sosial. Kesepian sering kali disertai dengan perasaan tidak puas terhadap hubungan mereka dengan orang lain, serta kenyataan bahwa hubungan tersebut berbeda dari apa yang mereka inginkan. Perkiraan terbaru menunjukkan bahwa hingga 58% orang dewasa di Amerika Serikat dianggap kesepian.

Isolasi sosial dan kesepian dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap berbagai kondisi kesehatan, seperti penyakit kardiovaskular, kematian, penurunan kognitif, kualitas tidur yang buruk, hipertensi, dan peningkatan respons inflamasi terhadap stres. Para peneliti sering mempertanyakan apakah implikasi kesehatan dari isolasi sosial dan kesepian muncul melalui proses yang berbeda atau apakah kesepian dikaitkan dengan mekanisme berbeda yang kemudian menyebabkan isolasi sosial berkontribusi terhadap risiko kesehatan tertentu.

 

Bagaimana kesepian mempengaruhi sistem kekebalan tubuh?

Sistem saraf otonom adalah jaringan pusat saraf simpatis dan parasimpatis yang mengatur respon imun bawaan dan adaptif. Sosialisasi dapat menyebabkan perubahan pada sistem kekebalan dengan memperlambat atau mengaktifkan respon imun oleh sistem saraf simpatis dan parasimpatis.

Meskipun kemampuan untuk memberikan respons imun terhadap pemicu stres merupakan kualitas yang dimiliki oleh sebagian besar orang dewasa yang sehat, besarnya respons terhadap pemicu stres psikologis yang sama dapat bervariasi antar individu. Misalnya, individu yang kesepian lebih cenderung menganggap peristiwa biasa sebagai hal yang membuat stres dibandingkan dengan individu yang bersosialisasi. Hal ini dapat menyebabkan orang yang kesepian menghasilkan respons peradangan yang lebih besar.


Disregulasi kekebalan dan kesepian

Respons hiperimun yang tidak teratur sering kali terlihat pada individu yang menderita isolasi sosial dan/atau kesepian. Pelepasan sosial, misalnya, telah terbukti meningkatkan ekspresi gen respons pro-inflamasi yang kemudian meningkatkan kadar interleukin 6 (IL-6), IL-1 receptor alpha (IL-1Ra), fibrinogen, dan kortisol sekaligus mengurangi kadar C- kadar protein reaktif (CRP).

Jenis keadaan pro-inflamasi ini dapat meningkatkan respons terhadap rangsangan kekebalan ringan sekalipun, seperti paparan bakteri atau virus. Faktanya, penelitian Brain, Behavior, and Immunity baru-baru ini menemukan bahwa setelah terpapar Salmonella typhi dalam dosis kecil, individu yang kesepian menunjukkan peningkatan kadar IL-6 empat kali lipat.

Yang penting, pengamatan ini tidak bergantung pada adanya depresi, kecemasan, suasana hati negatif, dan keterampilan sosial yang berbeda. Oleh karena itu, kesepian secara signifikan berdampak pada sistem kekebalan tubuh dan tidak dipengaruhi oleh faktor sosio-emosional negatif lainnya.

Kesepian juga bisa menyebabkan pelepasan glukokortikoid seperti kortisol. Selain berkontribusi terhadap peningkatan produksi IL-6 dan sel imun lainnya, sirkulasi glukokortikoid yang berlebihan juga dapat mendorong pelepasan faktor nekrosis tumor α (TNF- α), yang menciptakan keadaan peradangan kronis tingkat rendah.

Sel kekebalan juga mungkin menjadi tidak sensitif terhadap paparan hormon steroid ini secara terus-menerus. Akibatnya, kesepian dapat mengurangi efek anti-inflamasi glukokortikoid, sehingga meningkatkan kerentanan individu terhadap kondisi peradangan.


Pentingnya mengurangi kesepian pada lansia

Di Amerika Serikat, para peneliti mengantisipasi bahwa satu dari lima orang Amerika akan berusia di atas 65 tahun pada tahun 2040, yang secara signifikan lebih besar dari perkiraan satu dari delapan orang yang diproyeksikan pada tahun 2000. Tren peningkatan populasi menua ini diperkirakan akan meningkat di seluruh dunia.

Keadaan pro-inflamasi yang terkait dengan kesepian dapat menciptakan lingkungan yang rentan terhadap infeksi berikutnya. Orang lanjut usia sudah cenderung mengalami infeksi yang lebih parah karena kemungkinan adanya penyakit penyerta lainnya; Oleh karena itu, risiko ini dapat diperburuk ketika isolasi sosial juga terjadi.

Karena isolasi sosial dan kesepian sering kali menimpa orang lanjut usia, para peneliti perlu menyelidiki berbagai cara untuk mengatasi masalah psikologis ini. Dampak besar dari kesepian dan isolasi sosial terhadap kesehatan fisik, khususnya pada individu lanjut usia, semakin menekankan pentingnya upaya ini.

Upaya tersebut harus dimulai dengan mengoptimalkan protokol yang tepat untuk menilai isolasi sosial dan kesepian. Mempromosikan aktivitas tertentu seperti bersosialisasi, menjadi anggota kelompok komunitas, dan menghadiri acara budaya juga dapat meningkatkan keterlibatan sosial, khususnya di kalangan lansia.

Kampanye dan koalisi nasional telah dibentuk di berbagai negara, termasuk Australia, Denmark, dan Inggris, untuk mengurangi isolasi sosial dan kesepian. Banyak dari program nasional ini mengandalkan keahlian para ilmuwan, organisasi nirlaba, lembaga pemerintah, kelompok masyarakat, dan relawan untuk meningkatkan kesadaran akan prevalensi kesepian dan memberikan panduan tentang bagaimana isolasi sosial dapat dikurangi.


References

Balter, L. J. T., Raymond, J. E., Aldred, S., et al. (2019). Brain, Behavior, and Immunity 82; 298-301. doi:10.1016/j.bbi.2019.08.196.

Walker, E., Ploubidis, G., & Fancourt, D. (2019). Social engagement and loneliness are differentially associated with neuro-immune markers in older age: Time-varying associations from the English Longitudinal Study of Ageing. Brain, Behavior, and Immunity 82; 224-229. doi:10.1016/j.bbi.2019.08.189.

LaBorde, P. J., & Williams, V. (2022). The Surprising Effects of Social Isolation and Loneliness on Physical Health in Older Adults. Advances in Family Practice Nursing 4(1); 13-25. doi:10.1016/j.yfpn.2021.12.001.

Steptoe, A., Shankar, A., Demakakos, P., & Wardle, J. (2013). Social isolation, loneliness, and all-cause mortality in older men and women. PNAS 110(15). doi:10.1073/pnas.121986110.

Novotney, A. (2019). The risks of social isolation. American Psychological Association 50(5); 32. Available from: https://www.apa.org/monitor/2019/05/ce-corner-isolation.

Maes, M., Qualter, P., Mund, M., & Heu, L. (2021). Loneliness: An immunometabolic Syndrome. International Journal of Environmental Research and Public Health 18(22); 12162. doi:10.3390/ijerph182212162.

No comments