PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH KOPI TERFERMENTASI TERHADAP PRODUKTIVITAS SUSU KAMBING
Penelitian tentang pengaruh penggunaan limbah kopi terfermentasi terhadap produktivitas susu kambing telah dilaksanakan di Desa Bongancina, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng-Bali dari bulan Januari sampai Desember 2003. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Kelompok dengan tiga perlakuan ransum, dan masing-masing perlakuan menggunakan 10 ekor induk kambing Peranakan Etawah (PE) dengan bobot badan rata-rata 34 kg sebagai ulangan. Perlakuan yang diberikan, yaitu: P1 untuk kelompok kambing sebagai kontrol (diberikan pakan hijauan saja secara ad libitum), P2 yaitu seperti P1 diberikan pakan tambahan berupa limbah kopi 100 gram/ekor/hari dan P3 yaitu seperti P2 dengan tambahan pakan berupa Enzim Phylazim sebanyak 2,5 gram/ekor/hari. Parameter yang diamati meliputi : kandungan gizi limbah kopi, produktivitas susu (ml/ekor/hari), dan lama laktasi. Data dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test. Hasil penelitian menunjukkan, fermentor Aspergilus niger dapat meningkatkan kadar protein limbah kopi dari 8,80 % menjadi 12,43 % dan menurunkan serat kasar dari 18,20 % menjadi 11,05 %. Kambing-kambing pada kelompok P3 memproduksi susu tertinggi, diikuti P2 dan P1 berturut-turut 906, 835 dan 181 ml/ekor/hari, mengalami masa laktasi berturut-turut 16, 14 , dan 10 minggu dan dengan pertumbuhan anak berurut-turut : 78, 75 dan 59 gram/ekor/hari.
Kata kunci : Limbah kopi, produktivitas, susu, kambing Peranakan Etawah (PE).
PENDAHULUAN
Potensi alam untuk pengembangan kambing di Bali masih cukup besar, terutama dikawasan sentra perkebunan dan lahan marginal. Di daerah Bali terdapat areal perkebunan seluas 169.000 ha diantaranya terdiri dari perkebunan kopi (40.000 ha), cengkeh (26.000 ha), mete (15.000 ha) dan kakao (6.223 ha) (Anonimous, 2001). Pada kawasan perkebunan tersebut petani memelihara kambing, dengan tujuan utama sebagai sumber pupuk, disamping untuk mendapatkan produksi anak sebagai sumber tambahan pendapatan. Model integrasi usahatani kambing dengan tanaman industri (kopi, kakao, cengkeh) di Bali sudah berlangsung cukup lama, yaitu sejak digalakkannya pengembangan kambing PE pada tahun 1980. Namun pola integrasi yang ada masih tradisional, sehingga hasilnya belum optimal.
Meningkatnya produksi tanaman industri akan menghasilkan limbah yang lebih banyak, dan dengan proses pengolahan, limbah kopi maupun kakao dapat dimanfaatkan sebagai pakan penguat (Zaenuddin et al. 1995). Penggunaan limbah kopi yang telah terfermentasi diharapkan akan dapat memacu produktivitas ternak (Kompiang, 2000) serta mensubstitusi kebutuhan dedak yang selama ini telah banyak digunakan sebagai pakan penguat, namun harus didatangkan dari luar lokasi dan harganya relatif mahal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan gizi limbah kopi dan pengaruhnya terhadap produksi susu, lama laktasi dan pertumbuhan anak kambing.
MATERI DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Desa Bongancina, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng-Bali dari bulan Januari sampai Desember 2003. penelitian disusun dalam Rancangan Acak Kelompok dengan tiga perlakuan ransum, dan masing-masing perlakuan menggunakan 10 ekor induk ekor induk kambing Peranakan Etawah (PE) dengan bobot badan rata-rata 34 kg sebagai ulangan. Perlakuan yang diberikan, yaitu: P1 untuk kelompok kambing sebagai kontrol (diberikan pakan hijauan saja secara ad libitum), P2 yaitu seperti P1 ditambah pemberian 100 gram/ekor/hari limbah kopi terfermentasi dan P3 yaitu diberikan pakan seperti P2 ditambah enzim Phylazim sebanyak 2,5 gram/ekor/hari. Pemerahan susu dilakukan sebanyak 2 kali sehari. Parameter yang diamati meliputi: kandungan gizi limbah kopi, produktivitas susu kambing (ml/ekor/hari), lama laktasi, dan pertumbuhan anak kambing. Data dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test.
Limbah kopi yang diolah untuk pakan penguat kambing adalah bagian daging buah kopi dan kulit biji yang diperoleh saat proses pembijian. Limbah kopi yang diteliti adalah limbah kopi Robusta. Limbah kopi sebelum dipergunakan, difermentasi dengan Aspergilus niger produksi BPTP Bali selama 2 – 3 hari selanjutnya dikeringkan kemudian digiling hingga berbentuk tepung (Gambar 1 dan 2).
Pada penelitian ini juga sekaligus mencoba pengaruh Enzim Phylazim. Enzim ini merupakan jenis Feed additive yang berfungsi sebagai katalisator. Enzim produksi BPTP Bali ini mengandung phitase, enzim amilase, lipase dan protease. Peralatan yang dipergunakan pada penelitian ini antara lain: alat aktivasi fermentor, mesin penggiling daging buah kopi/cangkang kakao, timbangan, serta peralatan pendukung lainnya
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Gizi Limbah Kopi
Pemeriksaan terhadap sampel limbah kopi dilakukan di Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor. Hasil analisis proksimat menunjukkan, limbah kopi terfermentasi dengan Aspergillus niger meningkatkan kandungan protein kasar dari 8,80% menjadi 12,43%, menurunkan kandungan serat kasar dari 18,2% menjadi 11,05% (Tabel 1). Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa fermentasi dengan Aspergillus niger dapat menjadikan limbah tersebut sebagai bahan konsentrat. Hasil ini sesuai dengan laporan Kompiang (2000) dan Guntoro, et al. (2002), bahwa proses fermentasi dengan Aspergillus niger dapat meningkatkan kandungan gizi (protein dan energi) limbah dapat ditingkatkan sedangkan kandungan serat kasar dapat ditekan secara nyata.
Tabel 1. Hasil Analisis Proksimat Limbah Kopi Robusta di Desa Bongancina dengan dan Tanpa Fermentasi Aspergillus niger, 2003.
No | Bahan | Kandungan Nutrisi | ||||
CP (%) | CF (%) | Fat (%) | Ca | P | ||
1 | Non - fermentasi | 8,80 | 18,20 | 1,07 | 0,23 | 0,02 |
2 | Fermentasi | 12,43 | 11,05 | 1,05 | 0,34 | 0,07 |
Keterangan : - CP : crude protein (protein kasar)
- CF : crude fibre (serat kasar);
- Ca : kalsium; dan P : Phosfor.
Produktivitas Susu Kambing
Kelompok kambing yang diberikan pakan tambahan berupa limbah kopi sebanyak 100 gram/ekor/hari dan 2,5 gram enzim philazim memproduksi susu tertinggi dengan lama laktasi terpanjang serta pertumbuhan anak tertinggi, diikuti oleh P2 dan P1 (Tabel 2). Hasil ini sesuai dengan laporan Sutama dan Budiarsana (1997) bahwa penambahan pakan penguat akan dapat meningkatkan produktivitas susu pada masa laktasi,dan sebagai akibatnya bobot sapih akan lebih tinggi dan induk kambing mampu memperoduksi susu lebih baik.
Tabel 2. Pengaruh Penggunaan Pakan dari Limbah Kopi Terfermentasi dan Enzim terhadap Produksi Susu, Lama Laktasi dan Pertumbuhan Anak Kambing PE di Desa Bongancina, Bali, 2003.
No | Parameter | P1 | P2 | P3 |
1 | Produksi susu (ml/hari) | 181a | 835b | 906c |
2 | Lama laktasi (minggu) | 10a | 14b | 16b |
3 | Pertumbuhan anak (gram/ekor/hari) | 59a | 75b | 78b |
Keterangan : ml : mili liter.
P1 : Kelompok kambing sebagai kontrol (diberikan hijauan saja).
P2 : Kelompok kambing seperti P1 diberi pakan tambahan konsentrat dari limbah kopi sebanyak 100 gram/ ekor/hari.
P3 : Kelompok kambing seperti P2 ditambah enzim Philazim 2,5 gram/ekor/hari.
KESIMPULAN DAN SARAN
1) Penggunaan fermentor Aspergillus niger dapat meningkatkan kandungan protein limbah kopi dari 8,80% menjadi 12,43% dan menurunkan serat kasar dari 18,2% menjadi 11,05%.
2) Penggunaan limbah kopi terfermentasi sebanyak 100 gram/ekor/hari dikombinasi-kan dengan pemberian enzim 2,5 gram/ekor/hari dapat meningkatkan produksi susu, memperpanjang lama laktasi serta memberikan tingkat pertumbuhan anak tertinggi dibandingkan dengan induk kambing yang hanya diberikan hijauan saja.
No comments